Jakarta –
Wuling Air ev sudah menghiasi jalanan Indonesia. Perjalanan roda Wuling itu seiring dengan pengurangan emisi gas buang pada kendaraan bermotor.
Vice Presidents Wuling Motor Arif Pramadana menyebut populasi Wuling Air ev sudah menyentuh angka 12.058 unit. Angka itu dihitung dari debut Wuling Air ev pada Agustus 2023 hingga Oktober 2023.
“Dengan begitu, Air ev menyandang predikat sebagai mobil listrik terlaris di Indonesio dan
mendominasi segmen kendaraan listrik Tanah Air dengan pangsa pasar sebesar 55,8% dari Agustus 2022 hingga Oktober 2023,” jelas Arif di Serpong, Banten.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka belasan ribu unit dalam jangka waktu 14 bulan itu juga dipengaruhi harga. Wuling Air ev jadi mobil listrik termurah di Indonesia saat ini dengan harga bisa dijangkau Rp 200 jutaan. Tapi bentuknya belum mewakili mobil favorit orang Indonesia seperti Low MPV 7-seater atau Low Cost Green Car (LCGC).
Arif mengungkap fakta dari pengguna Wuling Air ev. Jarak tempuh mobil listrik itu dipakai kurang dari 100 kilometer per harinya. Ya, mayoritas pengguna mobil listrik bukanlah pembeli mobil pertama.
“Dalaim rutinitasnya, hampir semua pengguna mobil listrik Wuling berkendara kurang dari 100 kilometer per harinya dengan ratta-rata jarak tempuh 42 kilometer,” kata dia.
Terakhir Arif menambahkan, populasi mobil listrik Wuling di dunia sudah mencapai 1,6 juta unit. Angka itu termasuk dengan penjualan Air ev di Indonesia. Sumber tenaga yang diambil dari listrik bikin Wuling berkontribusi menurunkan emisi.
“Sebanyak lebih dari 12 ribu unit Air ev telah dipercaya sebagai partner mobilitas konsumen Indonesia dan bila ditotal sudah menempuh jarak hingga 50 juta kilometer yang setara dengan kontribusi pengurangan emisi karbon 81,3 juta ton,” ungkap dia.
Well, mobil listrik adalah kendaraan ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan emisi atau gas buang sama sekali. Tapi di sisi lain ada yang mengatakan mobil listrik belum ramah lingkungan karena menggunakan listrik hasil dari PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) batu bara yang berpolusi.
Tetapi mobil listrik tetap ramah lingkungan sekalipun masih menggunakan listrik dari sumber pembangkit yang tidak ramah lingkungan. Jika dibandingkan dengan mobil konvensional, emisi CO2 yang ‘dihasilkan’ mobil listrik gegara pakai listrik dari PLTU masih jauh lebih rendah.
“Sudah pasti (ramah lingkungan). Kalau nggak salah, 1 liter BBM (Bahan Bakar Minyak) itu memproduksi 2,4 kg CO2 ekuivalen. 1 liter BBM itu kurang lebih setara dengan 1,2 kWh, yang mana sekarang kalau dipakai di EV (kendaraan listrik) dengan listrik katakanlah sebagian masih besar dari PLTU, itu bisa memproduksi sekitar 1,2 kWh, masih beda sekitar 1,2 kg CO2 ekuivalen. Ini bukan dari sisi EV-nya yang sudah pasti nol emisi, tapi dari carbon footprint-nya,” Direktur Eksekutif Sekretariat Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) Anugraha Dezmercoledi beberapa waktu yang lalu.
Hal senada juga diungkapkan pengamat otomotif Yannes Pasaribu. Jika dibandingkan apple to apple antara mobil bensin dan mobil listrik, tetap lebih ramah lingkungan mobil listrik. Sebab, meski bermasalah dengan pengisian dayanya, namun kendaraan tersebut tak menghasilkan gas buang.
“Kendaraan yang pure electric kan sebenarnya nol emisi karbon kalau sumber energi listriknya benar. Jadi itu tetap lebih baik,” kata dia.
Simak Video “Mobil Ramah Lingkungan Wuling di KTT ke-43”
[Gambas:Video 20detik]
(riar/lth)