Jakarta –
Sepeda motor listrik bersubsidi saat ini hanya menyasar kalangan menengah ke bawah dan pelaku UKM. Sempitnya segmen konsumen ini membuat penjualan sepeda motor listrik bersubsidi masih sangat rendah jika dibandingkan dengan mobil listrik bersubsidi.
Untuk saat ini target penerima subsidi sepeda motor listrik hanya pelaku UKM, khususnya penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR), penerima Banpres Produktif Usaha Mikro, dan hanya pelanggan listrik 450-900 VA. Subsidi yang diberikan berupa potongan harga sebesar Rp 7 juta.
Meski mendapat subsidi, menurut pengamat otomotif dan akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu, harga sepeda motor listrik masih tergolong mahal, terutama untuk kalangan menengah ke bawah. Sehingga motor listrik bersubsidi masih kurang mendapat perhatian dari mereka.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Syarat mendapatkan subsidi untuk sepeda motor listrik memang merugikan masyarakat miskin, namun harga EV termasuk sepeda motor listrik setelah subsidi dinilai masih terlalu mahal untuk saat ini,” kata Yannes kepada detikOto.
Terlebih lagi, harga beberapa motor konvensional masih jauh lebih murah dibandingkan motor listrik. Hal inilah yang membuat masyarakat menengah ke bawah dan pelaku UKM lebih memilih sepeda motor konvensional karena dapat menekan jumlah pengeluaran.
Selain masalah harga, masalah lain seperti keawetan dan harga jual bekas yang masih belum jelas tentu menjadi masalah tersendiri. Hal ini membuat risiko yang ditanggung pemilik sepeda motor listrik masih cukup tinggi. Terakhir, membuat masyarakat menengah ke bawah semakin ragu untuk membeli sepeda motor listrik bersubsidi.
“Sedangkan untuk kalangan menengah ke bawah, mereka belum tentu tertarik atau mampu membeli sepeda motor listrik yang belum yakin keawetannya. Apalagi, belum ditetapkan harga jual kembali yang menarik di pasar kendaraan bekas,” jelas Yannes. .
Menurut Yannes, ada beban lain yang akan ditanggung oleh kalangan menengah ke bawah, terutama yang memiliki pasokan listrik rumah tangga 450-900 VA. Pasalnya, mereka harus menambah daya listrik rumahnya, akhirnya lebih banyak uang yang harus dikorbankan.
“Meski disubsidi, harga bisa naik jika konsumen ingin mengisi daya di rumah. Padahal riset di Eropa yang infrastruktur SPKLU lebih matang menunjukkan 80% pengisian dilakukan di rumah,” lanjutnya.
Terakhir, Yannes menilai skema subsidi sepeda motor listrik saat ini jelas tidak mampu meningkatkan penjualan dan mempercepat adopsi sepeda motor listrik di masyarakat.
“Jadi, jika pemerintah hanya membatasi penerima subsidi untuk kalangan menengah ke bawah, UKM, atau pelanggan listrik dengan daya hanya 900 watt, kecil kemungkinan penjualan sepeda motor listrik akan meningkat jika tetap menggunakan skema tersebut,” jelasnya.
Simak Videonya “Tetap Berani! Wujud ‘Listrik’ Yamaha XSR 155 Jadi Motor Listrik”
[Gambas:Video 20detik]
(rgr/mhg)