Jakarta –
Truk muatan berlebih dan over dimensi atau truk ODOL (Over Dimension Over Load) masih menjadi masalah utama dalam industri transportasi logistik Indonesia. Padahal, keberadaan truk ODOL bisa diatasi dengan mengalihkan angkutan logistik dari truk ke kereta api.
Menurut pengamat transportasi Djoko Setijowarno, penggunaan lori menjadi pilihan para pengusaha karena moda transportasi ini masih cukup ideal untuk jarak hingga 500 km. Sementara angkutan kereta api (KA) dinilai masih terlalu mahal dari sisi biaya operasional.
Studi Rodrigue dan Comtois (2006) menyebutkan, perbandingan biaya transportasi tiap moda dengan jarak tempuh memiliki batas jarak maksimum. Kalau menggunakan angkutan jalan (truk) maksimal sekitar 500 km, dengan angkutan kereta api maksimal 1.500 km. Dan kalau lebih dari 1.500 km lebih hemat menggunakan angkutan laut,” kata Djoko.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Jadi sudah dipastikan lori yang mengangkut barang dengan jarak lebih dari 500 km harus di-overload dan jika masih kurang juga dibuat dimensi atau kapasitas angkut lori (over dimensi),” lanjut Djoko.
Di sisi lain, menurut Djoko, pengangkutan barang dengan kereta api dinilai masih mahal, karena selain double handling, juga dikenakan PPN dan TAC (Track Access Charge) 10 persen. Pengangkutan barang dengan kereta api dapat disubsidi, seperti halnya pengangkutan barang melalui jalan darat (jarak lebih dari 500 km).
“Sebenarnya biaya angkutan dengan kereta api akan murah, jika pemerintah mensubsidi minyak untuk KA barang, IMO dari APBN diberikan 100 persen, dan TAC dihilangkan. Subsidi angkutan barang melalui jalan darat sudah diberikan. Tahun 2022 akan ada menjadi lima jalur yang menerima bantuan ini,” kata Djoko.
Berdasarkan informasi PT KAI, kondisi angkutan barang melalui moda kereta api yang menggunakan bahan bakar industri di atas Rp 1 triliun. KAI menambal kekurangan IMO sekitar Rp 2 triliun. Ada aturan baru untuk TAC per tahun. PT KA membayar Rp 2,4 triliun dibandingkan aturan lama yang hanya Rp 350 miliar.
“Tentunya tarif angkutan barang akan lebih mahal menggunakan kereta api daripada jalan tol, jika tidak ada subsidi. Dengan adanya subsidi ini, diharapkan pengusaha yang memiliki barang yang mengirim barang lebih dari 500 km bisa mengalihkan ke moda kereta api,” kata Djoko. . .
Tonton Video “Tonggak Sejarah Perkeretaapian Indonesia Timur”
[Gambas:Video 20detik]
(lua/kering)