Jakarta –
Indonesia disebut-sebut masih akan mendominasi bulu tangkis ganda putra dunia meski tak lagi menempati posisi nomor satu di ranking BWF.
Prediksi tersebut diungkapkan legenda hidup bulutangkis Christian Hadinata terkait prestasi ganda putra musim turnamen mendatang.
Menurut juara dunia ganda putra 1980 itu, dibandingkan negara-negara lain, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling subur dan beregenerasi dengan baik di sektor ganda putra. Mereka menempatkan enam pasangan di 20 besar dunia.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Jika mengambil peringkat BWF terbaru per 13 Desember 2022, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon saat ini berada di posisi kedua, disusul Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto tepat di bawahnya.
Kemudian Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan yang berada di level 5 BWF. Kemudian Pramudya Kusumawardana/Yeremia Rambitan (13), Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri (14), dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin (17).
Hal ini sekaligus membuat Indonesia dinilai masih mendominasi sektornya, meski pemainnya bukan peringkat satu dunia.
“Kita harus melihat begitu banyak sektor ganda putra kita di dunia. Itu yang membedakannya dengan ganda putra lainnya,” ujar Christian. detikSport
“Malaysia hanya dua (pasangan), China hanya satu (Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi), Taiwan juga 1 (Lee Yang/Wang Chi Lin). Jadi menurut saya, ganda putra kita masih kuat. Kita masih punya lima. , enam ganda putra.”
“Bagi saya Jepang juga menurun, juara dunia dari Malaysia (Aaron Chia/Loh Wooi Yik) juga menurun, jadi kalau melihat kualitas ganda putra, mereka masih sangat mumpuni dari segi kemampuan. mampu mendominasi,” kata juara Piala Thomas tiga kali (1973). , 1976, 1979, dan 1984).
“Sebab, kalau pemain kita kalah di babak pertandingan, pemain kita kalah tidak sembarangan. Rubber game, atau kalah tipis, bukan masalah besar. Hanya masalah waktu. Jadi, ini gambaran ke depannya. ganda putra kita masih sangat dominan,” kata Christian.
Namun, Christian berpesan, banyaknya pemain jangan sampai membuat PBSI kehilangan kendali. Apalagi, tahun depan masuk perhitungan poin kualifikasi Olimpiade 2024 di Paris.
“Yang terpenting pelatih harus menyusun program pertandingan. Kapan mereka harus mencapai puncak performa terbaiknya. Itu yang paling penting. Jangan pergi ke semua pertandingan atau harus keluar total,” ujar Christian.
“Tahun depan mulai kualifikasi olimpiade, turnamen mana yang punya nilai tinggi harus diperhatikan. Mana yang benar-benar perlu tampil. Istilahnya harus cepat, kalau sedang, kalau bisa santai juga,” imbuhnya. .
“Anda juga harus menghitung hari latihan, pemulihan, yang ada hubungannya dengan pengiriman. Ini penting untuk diperhatikan karena untuk yang muda mungkin bisa, tapi untuk yang lebih tua tidak bisa (diperlakukan sama). Tiga kali (mengikuti turnamen berturut-turut) itu berat. Maksimal dua kali performa. Jadi semuanya harus diperhitungkan,” ujar peraih lima kali medali emas Asian Games itu.
(mcy/aff)