Jakarta –
Gas alam memiliki peran strategis dalam era transisi energi. Apalagi, pada 2060 energi akan beralih ke energi terbarukan.
Gas alam dianggap lebih bersih daripada minyak dan batu bara. Selain itu, cadangan gas bumi masih cukup besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri jangka panjang.
Koordinator Pokja Penyusunan Program Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Rizal Fajar Muttaqin menjelaskan, sebelumnya sesuai instruksi Presiden, gas bumi digunakan sebagai jembatan transisi energi. Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 20260 atau lebih awal.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Produksi minyak bumi terus menurun, sedangkan konsumsi terus meningkat yang mengakibatkan impor meningkat dan neraca perdagangan defisit.
Menurutnya, penggunaan sumber energi alternatif diperlukan untuk mengurangi ketergantungan dan impor bahan bakar minyak (BBM) dan minyak mentah (crude oil).
Oleh karena itu, Kementerian ESDM akan mengoptimalkan penggunaan gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya persentase konsumsi gas untuk keperluan rumah tangga.
“Total realisasi penyaluran gas bumi hingga Desember 2022 mencapai 5.474,42 BBTUD dimana 67,27% digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sedangkan ekspor LNG sebesar 21,76%,” jelas Rizal.
Untuk memenuhi kebutuhan gas dalam negeri, kata Rizal, kontrak ekspor LNG jangka panjang yang saat ini sedang berjalan untuk beberapa pembeli di luar negeri akan diputus saat kontrak habis.
Soal kepastian pasokan gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri, Rizal memastikan cadangan terbukti gas bumi Indonesia saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan 15 tahun ke depan atau 36 triliun kaki kubik (TCF).
Cadangan ini tidak termasuk cadangan terkira dan cadangan terkira.