liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Gawat, Wanita Korea Anggap Menikah dan Punya Anak Tak Penting

Jakarta

Seperti Jepang dan beberapa negara lain, Korea Selatan menghadapi krisis populasi angka kelahiran Yang rendah. Parahnya, mayoritas perempuan di sana menganggap menikah dan punya anak bukanlah prioritas.

Seperti diberitakan, krisis demografi Korea Selatan semakin parah setelah data terbaru menunjukkan jumlah bayi yang lahir tahun lalu mencapai rekor terendah. Menurut Statistics Korea, 249.000 bayi akan lahir pada tahun 2022, turun 4,4% dari tahun 2021, menjadikan Korea Selatan sebagai negara dengan angka kelahiran terendah di dunia.

Sekarang, dalam survei baru-baru ini yang dilakukan oleh Park Jeong-min, seorang profesor di Universitas Nasional Seoul dan diterbitkan dalam Jurnal Studi Kesejahteraan Sosial Korea, hanya 4% wanita Korea yang belum menikah berusia 20-an dan 30-an mempertimbangkan pernikahan dan merawat anak-anak. penting dalam hidup. .mereka.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Seperti dikutip detikINET dari Korea Times, mengenai pria, 13% menganggap itu penting. Lebih dari 53% wanita setuju bahwa perkawinan dan melahirkan anak tidak penting dalam kehidupan seorang wanita, sementara persentase pria lebih rendah, 26%.

Penurunan angka kelahiran dan fertilitas wanita Korea belum menunjukkan perbaikan meski pemerintah telah berupaya mengatasi fenomena tersebut. Dalam 16 tahun terakhir, USD 210 miliar dihabiskan untuk menambah jumlah kelahiran.

Choi Seul Ki, pakar kebijakan kependudukan di Korea Development Institute, mengatakan kebijakan pemerintah Korea mungkin kurang efektif. Menurutnya, memaksa anak muda menikah hanya membuat mereka semakin skeptis.

“Bagi sebagian besar anak muda Korea, menikah dan memiliki anak dianggap sebagai masalah pribadi, bukan norma sosial yang harus diikuti. Daripada meminta mereka segera menikah, pemerintah harus menciptakan lingkungan di mana pernikahan adalah pilihan yang menarik. untuk generasi muda,” katanya.

Misalnya dengan meningkatkan lapangan kerja, menurunkan harga rumah dan menutup ketimpangan. Memang, generasi muda di Korea Selatan semakin enggan menikah karena biaya hidup semakin tinggi.

Tonton Video “Angka Kelahiran Korea Selatan Turun, Terendah dalam Sejarah”
[Gambas:Video 20detik]

(fyk/afr)