Jakarta –
Para ilmuwan memperingatkan tentang turnamen Piala Dunia Qatar 2022 menimbulkan potensi risiko penyakit menular. Terlepas dari kekhawatiran utama COVID-19 dan cacar, mereka juga memperingatkan tentang ancaman virus corona ditularkan dari unta.
Perhelatan Piala Dunia 2022 pada 20 November hingga 18 Desember 2022 akan membuat sekitar 1,5 juta orang dari berbagai benua berduyun-duyun ke Qatar untuk menyaksikannya secara langsung. Piala Dunia 2022 akan menjadi salah satu event internasional terbesar yang digelar sejak dimulainya pandemi COVID-19.
Pertemuan massal seperti ini selalu menimbulkan risiko penularan. Tetapi para peneliti dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal New Microbes and New Infections, berpendapat bahwa ancaman tersebut sangat tinggi tahun ini mengingat krisis kesehatan yang sedang berlangsung melanda dunia.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Seiring dengan kekhawatiran yang terus berlanjut tentang COVID-19 dan cacar monyet, para peneliti juga menyoroti ancaman Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS), penyakit yang menginfeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh subtipe baru dari virus Corona.
Kekhawatiran serupa disampaikan oleh laporan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa yang juga memperingatkan potensi ancaman penyakit termasuk COVID-19MERS-CoV dan cacar monyet selama Piala Dunia 2022.
Sama seperti COVID-19, MERS disebabkan oleh virus corona. Virus corona diyakini berasal dari kelelawar, tetapi unta adalah reservoir umum patogen dan seringkali merupakan hewan yang menularkan virus ke orang yang terinfeksi. Biasanya gejalanya sama dengan COVID-19, seperti demam, batuk, dan sesak napas.
Dikutip dari IFL Science, MERS pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Arab Saudi dan telah menyebabkan 2.600 kasus dengan 935 kematian terkait di 27 negara berbeda.
Kasus terbanyak berada di Arab Saudi dengan 2.193 kasus dilaporkan dan 854 kematian. Namun, ada sejumlah kecil kasus namun signifikan di tempat lain di Timur Tengah, termasuk Qatar.
Qatar, yang berpenduduk 2,9 juta jiwa, memiliki 28 kasus MERS. Pada tahun 2022 saja, mereka telah mendokumentasikan tiga kasus. Kedengarannya tidak banyak, tetapi para peneliti berpendapat bahwa orang yang berisiko tertular penyakit, seperti orang dengan sistem kekebalan yang lemah, harus waspada terhadap risiko dan menghindari kontak dengan unta sebanyak mungkin.
“Data epidemiologis dari Qatar menunjukkan terjadinya 28 kasus MERS (insiden 1,7 per 1.000.000 populasi) dan sebagian besar kasus memiliki riwayat kontak dengan unta,” kata penulis studi tersebut.
“Oleh karena itu, orang yang berisiko tinggi terkena penyakit parah disarankan untuk menghindari kontak dengan hewan dromedaris, minum susu unta mentah, atau makan daging yang kurang matang,” kata mereka.
Tonton Video “Hari Pertama Kemewahan & Kontroversi di Qatar”
[Gambas:Video 20detik]
(rns/afr)