Jakarta –
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis hasil investigasi kecelakaan bus wisata PO Gandos Abadi di Jalan Bukit Bego, Bantul, Yogyakarta, 6 Februari 2022. KNKT menyebut kecelakaan bus disebabkan kesalahan prosedur berkendara. , yang mengakibatkan kegagalan rem.
Dalam paparannya, Plt Kepala Subkomite Investigasi Kecelakaan LLAJ KNKT, Ahmad Wildan mengatakan, kecelakaan PO Gandos Abadi bermula dari pengemudi bus yang menggunakan transmisi gigi tinggi. Penggunaan persneling tinggi menyulitkan bus untuk menggunakan engine braking atau engine-assisted braking.
“Saat menuruni tanjakan, pengendara menggunakan gigi tinggi, gigi 3. Bisa dibayangkan gaya dorongnya (dari atas). Semakin besar massanya, semakin tinggi tempatnya, semakin besar pula daya dorongnya,” kata Wildan dalam Public and Media Relations. Siaran Forum ‘Keselamatan Bus Wisata di Indonesia (Studi Kasus Kecelakaan Bus Wisata di Bank Bego, Bantul), Rabu (30/11/2022).
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Wildan menjelaskan pentingnya fungsi pengereman mesin di tanjakan. Saat di jalan menurun, mesin akan berganti fungsi. Jika di jalan datar tugas mesin adalah mendorong bus, maka di jalan menurun fungsi mesin adalah memperlambat bus.
“Nah, besarnya holding ability itu tergantung posisi gigi. Kalau di gigi 1 gripnya akan sangat kencang. Di 2 mulai kendor, lalu di 3 benar-benar kendor (hold). Jadi kalau pakai gigi tinggi, saat turun, dorongan akan terasa,” lanjut Wildan.
“Hal ini menyebabkan dia (pengemudi) kemudian harus mengerem dalam waktu yang lama. Pengereman di jalan datar dan pengereman di jalan menurun adalah dua hal yang berbeda. Di jalan datar, begitu mengerem, sumber penggeraknya tenaga semakin lemah. Saat menuruni jalan kita mengerem, lalu kendaraan melambat, lalu “Kita angkat rem (kencang) lagi, seperti anak panah dilepas. Mengapa? Karena kita tidak menghilangkan gaya gerak, ditambah dengan gaya gravitasi. Jadi. semua pengendara yang mengerem di jalan menurun pasti akan melakukan rem panjang,” imbuhnya.
Lanjut Wildan menambahkan, dari hasil pemeriksaan, bus PO Gandos Abadi yang mengalami kecelakaan mengalami rem blong. Hal ini terlihat dari titik pengereman dimana semakin panjang lintasan semakin tipis.
Plt Kepala Subkomite Investigasi Kecelakaan LLAJ KNKT Ahmad Wildan Foto: Zoom Screenshot
“(Terkait bus wisata yang nabrak) ini relevan dengan keterangan saksi yang melihat lampu rem bus datang dari atas. Karena menggunakan persneling 3 dan rem berulang kali, maka bus ini menggunakan sistem rem full air, sehingga tidak ada minyak rem, mengandalkan tenaga pneumatic (udara) untuk mendorong, tenaga ini ditampung dalam tabung udara, tabung udara dihisap oleh kompresor, dimasukkan, ketika dikompresi tekanannya mencapai 10 bar. Setelah itu anda bisa mendorong actuator, lining mendorong tromol, lalu terjadi rem.. Caranya, kalau busnya gas, kompresor bekerja mengumpulkan udara di dalam tabung. Namun jika posisinya di rem, maka udara terbuang sia-sia. .Sopir tidak sempat mengisi karena tidak bisa berakselerasi (turun tanjakan, kan) Jadi terus mengerem, akhirnya buang saja (udara) tanpa isi. Karena terus buang. , tekanan udara di tabung angin berkurang, dari 10, 9, 8, 7, 6. Begitu masuk 5, peringatan akan berbunyi. dari bus itu, nkkk…bip. Itu tandanya gaya pneumatik tidak akan mampu mendorong kanvas hingga menyentuh drum, alias ditiup, hingga akhirnya meledak,” kata Wildan.
“Ini yang terjadi di bus ini (PO Gandos Abadi). Sopirnya berkali-kali mengerem. Jadi ini bukan mogok kendaraan ya, ini kesalahan tata cara berkendara. Harusnya gigi rendah, tapi pakai persneling tinggi. Kalau (hanya) dia pakai persneling rendah, yang direm itu engine (engine brake),” ujarnya lagi.
“Kami juga melihat efek pengereman yang terputus-putus dan semakin tipis. Ini terlihat. Artinya ada penurunan tenaga pneumatik. Di (bar) 6 dia masih bisa mengerem. Begitu kosong, dia tidak bisa (mengerem). Jadi busnya didorong oleh gravitasi bumi,” kata Wildan.
Berikut kronologi kecelakaan PO Gandos Abadi di Bantul berdasarkan hasil investigasi KNKT:
1. Minggu 6 Februari 2022 pukul 06.30 WIB, bus AD 1507 EH (selanjutnya disebut bus wisata) berangkat dari Bekonang, Sukoharjo untuk kunjungan ke Tebing Breksi, Puncak Becici Pinus, dan Pantai Parangtritis. Bus wisata tersebut membawa 45 penumpang dan 2 awak bus.
2. Setelah mengunjungi Tebing Breksi, bus wisata melanjutkan perjalanan ke Puncak Becici Pinus melalui tur Heha Sky View, Jalan Dlingo-Patuk Gunung Kidul.
3. Sekitar pukul 14.00 WIB bus wisata melanjutkan perjalanan dari Puncak Pinus Becici menuju Pantai Parangtritis yang jalur geometrisnya dipenuhi turunan dan belokan.
4. Pengemudi bus menggunakan persneling 3 saat menuruni tanjakan yang panjang dan mengerem berulang kali dengan service brake setiap memasuki tikungan, agar tidak masuk jurang atau menabrak tebing.
5. Saat mendekati Bukit Bego, pengemudi merasa rem servis tidak berfungsi. Pengemudi berusaha memindahkan transmisi ke gigi rendah, namun mengalami kesulitan dan akhirnya masuk ke posisi gigi netral.
6. Bus wisata akhirnya menabrak lereng Bukit Bego.
7. Kecelakaan ini mengakibatkan 14 orang meninggal dunia, 4 orang luka berat dan 29 orang luka ringan.
Simak Video “Tanggapan Sandiaga Uno Terhadap Maraknya Kecelakaan Bus Wisata”
[Gambas:Video 20detik]
(lua/din)