Jakarta –
Pemerintah Amerika Serikat (AS) kini dihantui risiko gagal bayar utang. Hal ini tentu membuat banyak negara di dunia khawatir, terutama Jepang dan China.
Pasalnya, negara Paman Sam itu diketahui memiliki utang yang cukup besar ke Jepang dan China dalam bentuk Treasury Securities. Sebagai informasi, US Treasury Securities merupakan obligasi pemerintah yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan Negeri Paman Sam untuk pengeluaran pemerintah federal selain pajak.
Penurunan nilai Treasuries akan menyebabkan penurunan cadangan devisa Jepang dan China. Ini berarti mereka akan memiliki lebih sedikit uang untuk membayar impor penting, melunasi utang luar negeri, atau mengisi kembali mata uang nasional mereka.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Kepemilikan Treasuries Jepang dan China yang besar dapat merugikan mereka jika Treasuries jatuh nilainya,” kata Josh Lipsky dan Phillip Meng, analis Pusat Geoekonomi Dewan Atlantik.
Namun, para analis tersebut mengatakan “risiko riil” berasal dari keruntuhan ekonomi global dan kemungkinan resesi AS yang dipicu oleh default atau gagal bayar utang.
“Itu menjadi perhatian serius bagi semua negara tetapi menimbulkan risiko khusus bagi pemulihan ekonomi China yang rapuh,” kata Lipsky dan Meng.
Setelah peningkatan awal dalam aktivitas menyusul pencabutan tiba-tiba pembatasan pandemi akhir tahun lalu, ekonomi China kini goyah karena konsumsi, investasi, dan hasil industri menunjukkan tanda-tanda melambat.
Tekanan deflasi telah memburuk karena harga konsumen hampir tidak bergerak dalam beberapa bulan terakhir. Kekhawatiran utama lainnya adalah melonjaknya tingkat pengangguran kaum muda, yang mencapai rekor 20,4% pada bulan April.
Sementara itu, ekonomi baru Jepang menunjukkan tanda-tanda bangkit dari stagnasi dan deflasi yang melanda negara tersebut selama beberapa dekade. Artinya, secara tidak langsung pemulihan ekonomi Jepang juga dapat dipengaruhi oleh risiko gagal bayar utang AS ini.
Tonton video “Waspadai Tren “Galbay” Debitur Pinjaman Ilegal”
[Gambas:Video 20detik]