Jakarta –
Bengkel umum kerap jadi pilihan para pemilik kendaraan yang sudah tidak lagi ditanggung garansi. Hal ini ternyata tidak hanya berlaku kepada mobil umum, namun juga bagi para pemilik mobil super.
Salah satu bengkel umum spesialis mobil super yang berlokasi di bilangan Ciputat, Tangerang Selatan adalah Supercar id. Bengkel yang dipenggawai oleh Resha Ahadiat ini sudah buka sejak 2018.
Supercar.id merupakan bengkel spesialis mobil super yang berlokasi di Ciputat, Tangerang Selatan. Bengkel ini dipenggawai oleh Resha Ahadiat. Foto: 20detik
Sebenarnya bengkel Supercar id ini memulai bisnisnya di daerah Ceger, Jakarta Timur. Kala itu Resha dikawal oleh 4 orang mekanik dan setahun kemudian mereka pindah ke Jalan WR Supratman No. 68, Tangerang Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Saya pada saat itu hanya punya 4 mekanik. Mekanik sekarang udah ada 12, karena kita udah buka untuk mobil-mobil non supercar-nya. Itu sebabnya kita butuh man power yang lebih banyak,” ujar Resha saat ditemui detikOto.
Jauh sebelum membangun bengkel spesialis supercar, Resha menariknya tidak punya ketertarikan di dunia otomotif. Namun kala itu, kondisi ekonomi keluarga yang memaksanya untuk berkecimpung di skena ini.
“Jadi awalnya itu saya dulu SMA sebetulnya saya nggak tertarik sama sekali dengan dunia otomotif, karena saya masuk bukan dari STM atau SMK tapi saya dari SMA. Kemudian saya mau melanjutkan kuliah, kebetulan pada saat itu kondisi keuangan keluarga itu lagi nggak bagus. Bapak saya bangkrut di tahun 98, waktu itu lulus SMA 98. Akhirnya saya harus belajar cari tempat kuliah atau tempat kursus yang gratis,” ujar Resha.
Resha yang kala itu sibuk mencari peluang untuk bersekolah, membuka salah satu koran dan menemukan iklan dari Mercedes-Benz Training Center. Perusahaan asal Jerman itu rupanya tengah mencari mekanik untuk ikut kursus secara gratis dan akan langsung diajak untuk bekerja.
“Cuma kursusnya ini dibatasi karena ini subsidi dari Jeman. Jadi yang diterima di sekolah itu cuma 24 orang satu angkatan, sedangkan yang daftar pada waktu itu, zamannya saya itu, 1.000 lebih yang mendaftar,” papar Resha.
“Jadi memang kesempatannya itu, waktu itu memang saya juga agak pesimis ya. Cuma ya saya akan coba karena dengan situasi yang sulit, ya saya coba banting setir dari yang tadinya saya nggak tertarik sama sekali dengan otomotif,” lanjutnya.
Akhirnya Resha Ahadiat mengikuti tes tersebut, diterima, dan berhasil lulus dari program Mercedes-Benz Training Center. Resha lalu diplot untuk menjadi mekanik di salah satu dealer Mercedes-Benz selama satu tahun.
Resha Ahadiat Foto: 20detik
Kepiawaiannya menjadi dokter mobil premium membuat namanya terkenal. Resha lalu pindah ke salah satu bengkel Importir Umum yang kala itu diklaim menjadi satu-satunya dealer khusus mobil CBU di Indonesia. Enam tahun bekerja, Resha lalu dipercaya menjadi mekanik Lamborghini.
“Kemudian Lamborgini Jakarta buka dealer pertama Lamborghini di tahun 2008. Nah kemudian saya direkrut sama Lamborghini Jakarta. Nah selama di Lamborghini Jakarta, setiap tauhn kita training ke pabrik di Italia. Sampai 2018 saya mengambdi pada Lamborghini Jakarta,” ujar Resha.
Dari bekal pengalaman dan pendidikan sampai ke Eropa, Resha akhirnya memberanikan diri untuk membuka bengkel sendiri yang khusus menangani mobil super.
“Awalnya saya cuma terima Porsche, Lamborghini, dan Ferrari. Nah kemudian, karena pemilik mobil-mobil ini mempunyai mobil-mobil yang lain yang mereka notabenenya nggak mau pusing untuk masalah mobil akhirnya diserahin ke saya untuk di-handle sekalian semuanya. Ya udah akhirnya saya terima mobil-mobil non super car juga,” papar Resha.
Menariknya bengkel Supercar id ini juga memiliki alat pemindai atau scanner untuk mobil super. Tak tanggung-tanggung, Resha bahkan mengklaim memiliki scanner khusus Lamborghini yang bisa melakukan pembaruan software hingga melakukan coding secara online.
“Kalau tools itu kita sebetulnya dapat dari ada supplier yang itu memang dari pabrik tidak menjual langsung ke yang non authorize (bengkel umum). Nah kita pun bisa dapetin tools itu dari link yang kita punya, karena kan saya yang waktu itu kerja di Lamborghini itu saya 10 tahun sering training, akhirnya saya kenal dan membuat link dari situ,” papar Resha.
“Nah yang saya punya, yang originalnya itu ya tentu pasti Lamborghini. Kemampuan scanner bisa saya bilang sama persis seperti yang dipunya sama authorize, sama persis,” lanjutnya.
Jam terbang yang tinggi juga membuat Supercar id piawai dalam menangani masalah-masalah pada mobil super. Tak hanya untuk melakukan servis rutin, bengkel yang sudah beroperasi lebih dari 5 tahun ini juga dapat melakukan restorasi.
“(Restorasi ekstrem yang pernah dilakukan tim Supercar id) Lamborghini Aventador pernah. Aventador paling banyak kita restorasi itu sampai Rp 1,3 miliar. Bodinya belakang hancur, itu tabrakan,” ujar Resha.
Resha menerapkan sistem operasional yang identik dengan bengkel resmi. Tak heran meski Supercar id merupakan bengkel umum, mereka juga menerapkan biaya servis yang dihitung per jam kerja.
“Kalau kita di-compare dengan authorize udah pasti kita nggak semahal authorize. Tapi basic-nya kita tetap per jam,” ujar Resha.
“Misalnya saya kasih contoh, penggantian kopling Aventador di authorize dia rate-nya itu 27 jam. Nah harga per jamnya di authorize itu Rp 1,2 juta. Nah di Supercar id kita pun menerapkan hal yang sama, 27 jamnya sama tapi rate per hour-nya yang beda. Rate per hournya kalau kita di sini biasanya cuma Rp 600 ribu,” lanjutnya.
Resha paham betul bahwa secara bisnis tidak sama antara bengkel resmi dan bengkel umum miliknya. Pengalamannya berada di bengkel resmi, membuatnya dapat membandingkan biaya kebutuhan operasional bengkel resmi.
“Secara bisnis authorize punya operational cost tinggi. Mereka harus training orang, mereka punya KPI terhadap factory, terus mereka punya target penjualan segala macam. Makanya dia punya cost yang tinggi,” ujar Resha.
“Nah saya, nggak punya cost setinggi itu. Makanya saya bisa harga lebih baik dari authorize. Jadi kuncinya di situ. Saya juga bilang ke semua customer, ‘Mereka mahal itu hal yang wajar, karena mereka punya operational cost yang tinggi dan beda dengan saya’,” tutup Resha.
(mhg/din)