Jakarta –
Bagi sebagian orang, melihat balapan MotoGP mungkin hanya sekadar adu kecepatan. Tapi di balik itu, pebalap harus memiliki fisik yang sangat prima.
Adu cepat di balapan motor kelas premier seperti MotoGP membutuhkan fisik yang sangat prima. Mungkin bagi sebagian orang kelihatannya mudah, hanya naik di atas motor dan adu kecepatan antar masing-masing pebalap. Nyatanya tak semudah itu. Untuk bisa menunggangi motor MotoGP saja dibutuhkan kondisi fisik yang sangat bagus. Belum lagi kalau kondisi lintasan yang sangat sulit dengan suhu panasnya seperti yang ada di India. Panasnya suhu di lintasan Sirkuit Buddh Internasional itu jelas menjadi tantangan utama bagi para pebalap.
Hal itulah yang menyulitkan pebalap GasGas Factory Racing Tech3 Pol Espargaro saat melakoni balapan perdana di India. Pol datang ke Negeri Bollywood itu dalam kondisi pemulihan usai menderita cedera. Sayangnya kondisi tubuh yang belum prima itu harus ditambah dengan panasnya suhu di lintasan. Akibatnya detak jantung Pol terekam mencapai 198 detak per menit, angka yang sangat mengkhawatirkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Normalnya detak jantung manusia dewasa berbeda-beda tergantung dengan usianya dan aktifitasnya. Formula yang digunakan untuk menghitung detak jantung maksimal adalah 220 dikurangi dengan usia kamu. Untuk Pol yang berusia 32 tahun, detak jantungnya harusnya maksimal 188 kali per menit saat sedang berolahraga. Dengan 198 kali per menit artinya sudah terbilang ekstrem dan sangat berbahaya.
Umumnya di balapan hari Minggu, detak jantung pebalap antara 160 dan 170 kali per menit. Tapi ada juga lebih kecil dari itu seperti Maverick Vinales yang bahkan tak mencapai 130 detak per menit. Di sisi lain, Jorge Martin juga mencatatkan detak jantung 200 kali per menit.
“Saya kehilangan banyak waktu karena secara fisik masih lemah, sekitar 0,5 detik per lap. Jika saya tidak tenang, saya tidak akan menyelesaikan balapan, tapi saya membayangkan ini merupakan bagian dari proses pemulihan,” ujarnya dikutip Motosan.
Ia juga sempat kaget dengan detak jantungnya yang sangat tinggi. Beruntung Pol masih bisa menyelesaikan balapan dan meraih poin. Di Sirkuit Buddh Internasional, Pol finis ke-13 dan mengantongi tiga poin.
“Saya tidak pernah mencapai 198 kali detak per menit sebelumnya. Saya sangat terkejut karena saat latihan di rumah pun, latihan sepeda tidak pernah sampai segitu. Balapan di sini sangat ekstrem. Ini merupakan balapan tersulit selama hidup saya,” tuturnya lagi.
“Tentu saja dengan situasi seperti ini kompetisi maraton dan triathlon tetap berjalan, tetapi harus diperhitungkan juga ada tambahan panas dari mesin. Kami memiliki sensor di area pijakan kaki yang mengukur tidak kurang dari 65 derajat,” sambung adik Aleix Espargaro itu.
Adapun di India, steward tidak ingin membahayakan para rider. Makanya jumlah lap yang semula 24 dipangkas menjadi 21. Ini juga bukan kali pertama pebalap harus bertarung melawan panasnya suhu di lintasan. Di Indonesia, Malaysia, dan Jerez juga pebalap harus bertarung melawan panasnya suhu yang membuat balapan makin sulit.
“Kami semua atlet, kami masih muda dan bugar, tapi kondisi di sini di luar batas yang dapat ditoleransi. Kami semua menyukai sirkuit di India, sangat menyenangkan tapi mungkin ke depan kita harus berpikir untuk mengubah waktu balapan ke waktu yang lain,” tukas Pol.
Simak Video “Jorge Martin Ngos-ngosan di MotoGP India 2023”
[Gambas:Video 20detik]
(dry/din)