Kemenperin siapkan tiga langkah mitigasi untuk menjaga kinerja industri, merespons pelemahan sejumlah industri di dalam negeri
JAKARTA – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartassamita menegaskan, pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah mitigasi sektor industri yang masih terimbas tekanan ekonomi, terutama yang terjadi di tingkat global.
Kemenperin sudah mengantongi dua klaster industri dengan kinerja yang tergolong melambat dan tumbuh negatif.
Dirinya akan terus menyiapkan langkah mitigasi industri yang masih tertekan, meski secara keseluruhan pertumbuhan industri nonmigas di kuartal III/2022 tumbuh 4,88% (yoy) atau lebih baik dari kuartal sebelumnya di kisaran 4,33% (yoy).
Klaster pertama, Kemenperin akan mencoba menaikkan pertumbuhan industri yang tumbuh melambat dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya. Dia mencontohkan, industri makanan-minuman yang belum tumbuh sesuai dengan harapan pemerintah.
“Karena ketika covid-19, sektor makanan minuman ini tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional,” jelasnya dalam konpers daring ‘Capaian Pertumbuhan Ekonomi Kuartal ke-3’, Jakarta, Senin (7/11).
Pihaknya juga akan melihat dampak lain seperti permintaan luar negeri terhadap produk industri tertentu yang terganggu tekanan ekonomi global.
Begitu juga gangguan proses input terkait ketersediaan serta harga bahan baku yang terpengaruh dari penguatan dolar AS.
Klaster selanjutnya, dirinya akan menyoroti industri yang masih tumbuh dalam situasi negatif. Ia menjabarkan, hal ini terjadi pada industri kimia dan farmasi, industri bahan galian non-logam, maupun industri furnitur yang terpukul hebat.
“(Industri-industri) ini banyak kaitan dengan pelemahan market, khususnya yang (berada) di Eropa dan tingginya nilai input bahan baku,” terangnya.
Adapun pemerintah akan melakukan pencarian pasar baru ekspor, hal ini akan jadi langkah mitigasi pertama yang akan ditempuh. Pemerintah akan berupaya mencoba membuka akses untuk pasar-pasar seperti Amerika Latin, Amerika Selatan, Afrika, negara-negara Timur Tengah, dan Asia
Mitigasi kedua, Kemenperin akan berupaya meningkatkan penguasaan pasar dalam negeri dengan memperkuat dan mendorong promosi sekaligus kerja sama lintas sektoral. Agar produk domestik melalui program Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) bisa semakin masif, sehingga menjaga kesinambungan pertumbuhan industri terkait.
Ketiga, Kemenperin akan mengupayakan penguatan daya saing industri melalui kemudahan akses bahan baku, penguatan ekosistem usaha dan pengusatan sistem produksi. Nantinya, penggunaan instrumen seperti bea masuk ditanggung pemerintah, relaksasi fiskal bahan baku industri, larangan terbatas (lartas), hingga instrumen lainnya akan bisa digunakan tepat dengan pertimbangan masak.
“Saya sampaikan, lartas itu bisa menjadi senjata dan instrumen kita,” jelasnya.
Dia mencontohkan, lartas untuk sektor tekstil-TPT harus ada harmoniasi di tingkat hulu, intermediate dan hilir. Jangan sampai, kebijakan lartas di tingkat hulu, malah kemudian mempengaruhi kinerja di tingkat intermediate dan hilir.
“Yang ingin saya sampikan, lartas itu menjadi salah satu opsi kita untuk bisa menumbuhkan atau menjaga, agar sektor-sektor yang mengalami perlambatan dan mengalami pertumbuhan negatif itu bisa terjaga,” urainya lagi.
Lainnya, Kemenperin juga sudah berkoordinasi dengan Kemenko Ekonomi terkait usulan restrukturisasi kredit yang akan dibicarakan langsung dengan OJK.
Hal ini ditempuh demi menjaga keberlangsungan industri yang terpukul atau industri yang melambat dan negatif.
Meski demikian berat, Agus juga menyampaikan, secercah harapan positif dan potensi bagi industri manufaktur berkaitan dengan rencana relokasi di tingkat global. Berdasarkan informasi, bahwa saat ini banyak sekali perusahaan di Eropa yang hendak mencari tempat baru untuk merelokasi sejumlah pabriknya.
“Nah ini potensi bagi Indonesia, untuk bisa mendapatkan sebanyak-banyaknya relokasi dari perusahaan-perusahaan industri ataupun manufaktur dari Eropa,” sebutnya.
Restrukturisasi Terbatas
Menko Ekonomi Airlangga Hartarto menjelaskan, saat ini sektor industri padat karya tengah mengalami persoalan pelik karena terpengaruh permintaan yang menurun drastis di AS maupun Eropa.
Dia memonitor, jumlah order pada sektor ini mulai terbatas, sementara stok eksisting sedang menumpuk.
Karena itu, pemerintah berencana akan memberikan sejumlah kebijakan relaksasi seperti yang dilakukan pada saat penanganan covid-19, termasuk rencana restrukturisasi kredit. Dengan kecenderungan yang besar bagi sektor industri sektor padat karya.
Tentunya, relaksasi kredit yang sedang dipersiapkan ini akan mengikutsertakan syarat-syarat tertentu. Tujuannya, agar perusahaan-perusahaan dapat menahan diri untuk tidak melakukan PHK.
“Pemerintah melalui OJK sedang me-review beberapa sektor, tentunya termasuk sektor industri padat karya agar masih punya resiliensi (bisnis),” terang Airlangga.
Menko menggarisbawahi, restrukturisasi kredit ini akan ditelusuri secara mendetail sektor per sektor industri.
Karena menurutnya, beberapa perusahaan padat karya di level atau segmen pasar tertentu mendapatkan tambahan permintaan.
Kembali Menko paparkan, semua ini dilakukan pemerintah untuk dapat terus mempersiapkan situasi perekonomian di tahun 2023 bisa lebih baik.
“Kita lihat kalau situasinya (industri) sudah pulih, tentu kita hentikan program tersebut. Nah kita bisa alihkan (relaksasi) ke sektor-sektor yang lain,” tegasnya.