Jakarta –
Bulan baru merupakan faktor penting dalam menentukan waktu Aidilfitri 2023. Di tengah perdebatan penetapan 1 Syawal 1444 H, berikut penjelasan ilmiah tentang bulan sabit.
Hilal adalah bulan sabit yang muncul setelah ijtimak (ijtimak) pada arah mendekati matahari terbenam yang menjadi acuan awal bulan baru dalam penanggalan Hijriah.
Bulan baru dapat ditentukan dengan mengamati (menurut metode rukyatul hilal) atau dihitung secara matematis (menurut metode hisab). Menurut Prof Dr Thomas Djamaluddin, MSc, astronom dan astrofisikawan dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kedudukan rukyat dan hisab sama sehingga bisa saling menggantikan atau melengkapi.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Tanda awal hilal berupa hilal dapat dilihat dengan mata (rukyat) dan juga dapat dihitung (dikenali) berdasarkan rumus keteraturan fase bulan dan data penglihatan sebelumnya tentang kemungkinan hilal terlihat,” ujarnya saat siaran langsung Instagram ‘Penentuan Ramadhan dan Hari Raya Menurut Astronomi’ di akun Instagram @pussainsa_lapan saat persiapan menyambut bulan baru Ramadhan tahun 2022.
Seperti diketahui, Muhammadiyah yang menggunakan metode hisab memutuskan 1 Syawal 1444H jatuh pada 21 April 2023. Sedangkan pemerintah yang menggunakan hisab dan rukyat kemungkinan akan menetapkan 1 Syawal 1444H pada 22 April.
Menanggapi perbedaan tersebut, Prof Djamal sebelumnya mengatakan baik rukyatul hilal maupun hisab adalah dugaan, jadi tidak ada yang pasti dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
“Kami pada dasarnya melihat orang-orang. Tapi kenyataannya (Bulan baru) sangat tipis dan mungkin ada cahaya lain. Apa kamu yakin? Itu sebabnya penjelajah akan bersumpah untuk memastikan bulan tidak terlihat?” jelasnya.
Begitu pula dengan cara perhitungannya, meskipun perhitungan menurut angkanya akurat, untuk menentukan sudah masuk awal bulan baru atau belum, tetap harus mengikuti kriteria.
Untuk mengamati hilal, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memiliki pedoman untuk membedakan hilal asli dengan hilal normal, yaitu dengan melihat bentuk hilal pertama berbentuk huruf U menghadap ke titik matahari.
LAPAN juga menekankan pentingnya memperhatikan faktor penampilan Bulan baru yang merupakan pemanjangan Bulan hingga 6,4 derajat dan ketinggian minimal 3 derajat. Faktor cuaca juga diperhitungkan sehingga pengamatan sebaiknya dilakukan di tempat yang tinggi tanpa halangan yang menghadap ke barat.
Jika penampakan dimulai pada tanggal 29 Ramadhan dan bulan sabit terlihat beberapa saat setelah matahari terbenam, maka malamnya ditetapkan sebagai 1 Syawal. Namun jika penjelajah tidak melihat hilal, maka malam ditetapkan sebagai tanggal 30 Ramadhan dan malam berikutnya ditetapkan sebagai tanggal 1 Syawal.
Simak Video “Bulan Baru Tak Terlihat di Pantai Wotgalih Lumajang”
[Gambas:Video 20detik]
(vmp/afr)