Jakarta –
Pemerintah mendorong percepatan reformasi birokrasi di Indonesia, salah satunya melalui integrasi pelayanan dengan data Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil). Ke depan, masyarakat hanya perlu menggunakan handphone, tanpa perlu membawa KTP kemana-mana untuk mengelola pelayanan publik.
Menteri PANRB Abdullah Azwar Anas mengatakan, jika sistem Dukcapil bisa didigitalkan dan terintegrasi dengan seluruh pelayanan publik, pelayanan juga akan lebih cepat. Integrasi data Dukcapil ke dalam digital disebut Identiti Populasi Digital (IKD) alias KTP Digital.
“Dengan IKD, teman-teman tidak perlu lagi membawa fotokopi KTP. Cukup dengan handphone dan nanti bisa mengatur pergantian nama melalui digital. Nanti bisa langsung dilakukan. Tapi ini tergantung daerah yang dituju. siap. Sudah ada daerah yang siap menjadi model Kementerian PAN dan RB,” ujarnya saat ditemui di Sheraton Gandaria City, Jakarta, Selasa (14/3/2023).
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Sejalan dengan itu, pihaknya saat ini sedang melakukan uji coba untuk mengintegrasikan layanan publik dengan data Dukcapil di beberapa daerah, hingga 20 Maret mendatang. Jika berhasil, program tersebut akan segera diuji lebih luas.
“Karena Dukcapil itu backbone-nya. Selama ini mengurus KTP di MPP sepertinya depan digital, padahal belakang masih manual. Beralih ke operator dan sebagainya,” ujar Anas.
“Kemarin kami uji coba, bisa langsung dilakukan. Dan kalau digital berhasil trial and error di beberapa daerah, dan tanggal 20 (Maret) akan ditayangkan lagi,” lanjutnya.
Anas mengatakan, saat ini ada lebih dari 27 ribu aplikasi milik kementerian dan lembaga dalam rangka kepentingan pelayanan publik. Oleh karena itu, sesuai arahan Presiden Jokowi, pihaknya akan terus mendorong interoperabilitas agar masyarakat tidak perlu repot membuat akun baru setiap kali mengurus kebutuhan di kementerian dan lembaga yang berbeda.
“Sekarang ada lebih dari 27.000 aplikasi yang diminta Presiden untuk interoperabilitas. KemenPANRB sekarang ngotot bahwa untuk setiap inovasi tidak perlu membuat satu aplikasi. Karena kalau satu inovasi satu aplikasi, maka orang ke depan akan pusing membuat akun. Oleh karena itu, sekarang interoperabilitas ini adalah satu,” tutupnya.
Simak Video “Viral Fetish ID Photo, Ini Tanggapan Psikiater”
[Gambas:Video 20detik]
(zlf/zlf)