Jakarta –
Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) terus melanda beberapa startup. Kali ini badai PHK melanda platform streaming audio asal Amerika Serikat (AS), Clubhouse.
Melansir CNBC, Jumat (28/4/2023), sebelumnya diketahui aplikasi ini sempat viral di masa pandemi. Valuasi perusahaan tersebut begitu viral hingga berhasil meningkat dari US$ 1 juta menjadi US$ 4 miliar dalam waktu kurang dari 1 tahun.
Namun, pasca pandemi, jumlah pengguna Clubhouse terus mengalami penurunan drastis. Hal ini tentu saja membuat kondisi keuangan perusahaan semakin terpuruk dan memaksa melakukan PHK massal.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Ketika dunia terbuka pasca-Covid, semakin sulit bagi banyak orang untuk menemukan teman di Clubhouse,” tulis pendiri Clubhouse Paul Davison dan Rohan Seth dalam memo internal.
Tanpa tanggung-tanggung, rencananya platform audio sharing ini akan mengurangi jumlah karyawan hingga 50 persen. Artinya, dalam waktu dekat setengah dari karyawan perusahaan akan di-PHK.
Menurut manajemen, PHK terpaksa dilakukan untuk menata kembali perusahaan pasca covid. Karena itu, Clubhouse perlu tumbuh dan sulit berubah dengan struktur perusahaan saat ini.
Meski begitu, para pendiri Clubhouse bersikeras bahwa mereka masih memiliki modal yang cukup untuk melanjutkan, setelah dikabarkan mengumpulkan ratusan juta dolar pada tahun 2021. Karena itu, mereka meminta karyawan yang tersisa untuk tidak khawatir.
“Kami yakin tim yang lebih kecil akan memberi kami fokus dan kecepatan, dan membantu kami meluncurkan evolusi produk selanjutnya,” kata Davison dan Seth.
Selain itu, saat ini belum diketahui berapa jumlah karyawan Clubhouse sehingga belum ada jumlah pasti karyawan yang akan terkena PHK. Namun, perseroan memastikan akan membayar sisa gaji April ditambah uang pesangon 4 kali gaji.
Selain itu, untuk karyawan yang terkena PHK, Clubhouse juga mengatakan akan terus membayar asuransi kesehatan hingga akhir Agustus, mempercepat hibah ekuitas, dan memberikan dukungan karir.
(fdl/fdl)