Jakarta –
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, pembangunan smart city di kota-kota eksisting membutuhkan dana yang lebih besar ketimbang membangun kota baru. Hal ini menjadi salah satu alasan pengembangan Ibukota Negara (IKN) Nusantara dengan tema smart city.
“Tantangannya adalah ketika kita berinvestasi di kota-kota baru di kota-kota yang sudah ada seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, biayanya akan dua kali lebih mahal dibandingkan kota-kota baru dengan infrastruktur terbaru. Itu realita, tolong dihitung,” jelasnya. di acara Indonesia.-China Smart City, di Shangri-La, Jakarta Selatan, Kamis (25/5/2023).
Menurutnya, setidaknya dalam satu negara harus ada 10 kota pintar. Namun di Indonesia baru ada tiga smart city yaitu Jakarta, Medan dan Makassar.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Namun, Erick mengatakan pengembangan kota-kota yang sudah ada menjadi smart city masih memungkinkan. Hanya saja, harganya lebih mahal.
Bisa diinvestasikan tapi mahal, kata Erick.
Mengapa Presiden Joko Widodo Membangun IKN
Di sisi lain, kata Erick, pengembangan IKN dirasa mampu menjawab beberapa tantangan ke depan, mulai dari pertambahan penduduk sekitar 30-50 juta hingga pemerataan ekonomi di seluruh kepulauan Indonesia.
“Diprediksi penduduk Indonesia akan bertambah menjadi 315 juta. Sekarang pertanyaannya, yang baru 35 juta (penduduk) itu akan dibawa kemana? Apakah mereka tetap mengungsi ke Jakarta, Surabaya? Tidak mungkin,” ujarnya.
Ia mengatakan, keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjawab empat hal, pertama adalah pemerataan ekonomi daerah.
“Kedua, jangan membebani pertambahan penduduk yang hanya di kota lama yang pada akhirnya akan menimbulkan kemacetan, polusi udara tanpa solusi karena tidak bisa ditambah (penduduk), sudah overload,” kata Erick.
Ketiga, teknologi terkini dapat diterapkan. Keempat, berkaitan dengan budaya atau kebiasaan.
“Empat solusi yang ingin dijawab oleh Pak Jokowi adalah mengapa ada pembangunan kota baru dan menurut saya Indonesia harus memiliki 10 kota besar (smart city), sehingga hanya 3 kota besar yang masuk dalam smart city,” ujarnya.
“Tidak mungkin negara sebesar ini hanya memiliki 3 kota yang saat ini masuk dalam kategori smart city,” imbuhnya.
(gambar/angka)