Jakarta –
Perusahaan induk properti, 99 Group, mendaftarkan pencarian tersebut Properti anjungan tersebut masih didominasi oleh rumah tapak yang mencapai 80%. Bahkan sampai saat ini harga tanah semakin meningkat seiring dengan semakin terbatasnya ketersediaan tanah.
Chief Executive Officer (CEO) 99 Group Indonesia Wasudewan mengatakan, harga rumah tapak khususnya di pusat kota semakin meningkat. Hal ini juga terlihat dari minat pencarian masyarakat terhadap rumah dengan tanah mencapai 80%. Para pencari properti ini didominasi oleh kalangan Milenial hingga Gen Z.
Untuk wilayah Jabodetabek, Wasudewan melihat pertumbuhan harga real estate pada 2022 didominasi kota Depok dan Bogor. Harga properti di Bogor naik 6,6% sedangkan Depok naik 4,7%. Selanjutnya untuk di luar Jabodetabek, peningkatan tertinggi terjadi di Kota Semarang yaitu sebesar 4,8%. Kemudian untuk di luar Pulau Jawa, tertinggi di Kota Medan mencapai 3,2%.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Alasan Depok dan Bogor mengalami kenaikan harga tertinggi karena rumah murah tersedia banyak, dan proyeknya cukup banyak. Jadi lebih banyak pilihan. Pasokan pasti akan mempengaruhi permintaan,” ujarnya kepada wartawan di sini. Pullman Thamrin Hotel, Jakarta Pusat, Kamis (19/01/2023).
Wasudewan mengatakan, untuk mencari rumah dengan tanah di bawah Rp400 juta, masyarakat harus menjelajahi daerah di luar ibu kota. Misalnya untuk wilayah Cileungsi, Depok, dan Bogor, keduanya memiliki ukuran rumah yang relatif kecil dan masuk dalam kategori rumah bersubsidi.
Kelemahannya tentu saja membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mobilitas ke kawasan ibukota. Namun jika tetap ingin tinggal di ibu kota dengan budget segitu, kata Wasudewan, masyarakat bisa memilih opsi apartemen.
“Apakah masih ada segmen harga Rp 400 juta di Jakarta? Ada. Tapi berupa apartemen. Kecil, studio mungkin 20 meter lebih,” kata Wasudewan.
“Jadi lagi-lagi user lebih memilih Rp 400 juta bisa tinggal di Jakarta ya. Atau Rp 400 juta tapi mau tanah 50 m2 artinya harus keluar Jakarta. Mungkin 1 jam dari Jakarta,” tambahnya.
Di sisi lain, minat masyarakat yang tinggi untuk mencari rumah tanah dibandingkan dengan hunian vertikal menjadi sorotan para pengembang real estate. Apalagi mengingat lahan yang semakin terbatas, ditambah dengan jumlah penduduk RI yang terus bertambah. Menurutnya, ke depan gaya hidup tinggal di apartemen harus digalakkan.
“Di negara yang padat penduduk, properti yang menarik adalah apartemen. Dimana di suatu daerah bisa banyak dan tanahnya bisa digunakan untuk hal lain. Jadi bagaimana gaya hidup tinggal di apartemen bisa mengedukasi, apa manfaatnya ,” dia berkata.
Lihat juga video ‘Berapa harga rumah bersubsidi tanpa PPN baru?’:
[Gambas:Video 20detik]
Bersambung ke halaman berikutnya.