Jakarta –
HM Engineering, konsultan simulator mengemudi dari Jakarta, berhasil mengerjakan proyek sampingan mereka untuk membangun motor listrik dari rangka akrilik.
Dibangun dari cetak biru dimensi Kawasaki Ninja 250, HME-EV1 membuktikan bahwa akrilik memang bisa digunakan sebagai bahan pembuatan sepeda motor.
Motor listrik akrilik HME-EV1 Foto: Muhammad Hafizh Gemilang/detikOto
“Saya mau buktikan akrilik itu kuat. Tapi harus dicampur dengan desain. Tergantung desainnya, kalau salah desain bisa mudah pecah,” kata Harris Muhammad selaku CEO HM Engineering kepada detikOto.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Saat ditelaah oleh tim detikOto, memang motor listrik ini hadir dengan rangka dan mayoritas part berbahan akrilik. Tak hanya rangka utama berbentuk teralis, setir juga menggunakan bahan akrilik.
“Swing arm-nya sudah kami siapkan dari akrilik. Kebetulan belum dipasang,” kata Harris.
Sepeda motor listrik HME-EV1 ini bukan hanya sekedar untuk pajangan, namun sebenarnya diplot sebagai sepeda motor untuk dikendarai oleh tim HM Engineering.
Komstir motor listrik akrilik HME-EV1 Foto: Muhammad Hafizh Gemilang/detikOto
Namun, sebagai kelompok insinyur, karya yang mereka buat tidak lepas dari penelitian dan pengujian.
“Tapi sejauh ini bagus. Kami telah melakukan tes panjang, melewati gundukan kecepatan dengan kecepatan yang cukup tinggi, itu kuat,” kata Harris.
Harris mengatakan bahan akrilik untuk sepeda motor sebenarnya bisa digunakan. Namun perlu diingat bahwa tidak serta merta mengganti material logam seperti baja, alumunium, hingga karbon, penggunaan akrilik harus dengan perhitungan yang matang atau desain yang kuat.
“Sebenarnya konsep lini produksi akrilik ini sangat singkat. Jadi saya ambil filenya, potong, lalu rakit,” kata Harris.
“Jadi tidak perlu mengecat, tidak perlu apa-apa, tidak perlu menunggu kering. Jadi semua ada, tinggal merakit seperti lego,” lanjutnya.
Namun perlu diingat bahwa HME-EV1 bukanlah sepeda motor untuk kebutuhan sehari-hari dengan intensitas penggunaan yang tinggi.
Tim HM Engineering menjadikan sepeda ini sebagai sepeda operasional untuk tim intensitas rendah, sepeda untuk penelitian, bahkan sebuah karya seni. Jadi tentunya durabilitasnya belum teruji layaknya motor yang diproduksi secara massal.
“Kelemahannya adalah mudah kotor,” Harris menyimpulkan sambil tersenyum.
(mhg/riar)